Renungan Pastoral

Renungan Quotes Santa Angela

Agustus – September 2025

Prakata Nas. St. Angela artikel 18

“Anda akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila anda mengarahkan segalanya demi Kemuliaan Tuhan”

Suster, Bapa Ibu Guru serta teman-teman yang dikasihi oleh Tuhan. Pada bulan Agustus dan September ini kita diajak untuk menimba inspirasi dari nilai Serviam yaitu semangat Totalitas. Bacaan yang diperdengarkan kepada kita berkisah tentang Yesus yang membasuh kaki para muridNya. Yesus tahu bahwa saatnya hampir tiba di mana dia harus disalibkan. Namun sebelum peristiwa salib itu, Yesus meninggalkan sebuah pesan yang sangat dalam yaitu dengan membasuh kaki. Membasuh kaki dalam tradisi Yahudi hanya dilakukan oleh para pelayan.

Dengan simbol ini Yesus meninggalkan pesan bagi kita untuk saling melayani satu sama lain. Pelayanan yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus adalah pelayanan yang tulus, tidak setengah-setengah tapi sungguh dengan memberikan seluruh diri, totalitas. Totalitas pelayanan itu menjadi nyata ketika Dia merentangkan tanganNya di kayu salib. Peristiwa Salib adalah puncak dari seluruh karya Yesus untuk memuliakan Bapa-Nya.

Selaras dengan teladan Yesus, Bunda Angela juga berpesan kepada kita: Anda akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila anda mengarahkan segalanya demi Kemuliaan Tuhan. Pesan Bunda Angela tentu bukanlah kata-kata kosong, karena seluruh hidupnya adalah perwujudan dari pesannya tersebut.

Suster Bapak/Ibu, teman-teman semoga kisah berikut membantu kita untuk memahami arti dari segalanya demi kemulian Tuhan.

Sebut saja namanya Daniel, seorang siswa kelas 10 di sebuah sekolah menengah di Ibu Kota. Ia bukan anak yang menonjol di sekolah. Nilainya biasa saja, bahkan kadang di bawah rata-rata. Di kelas, Daniel sering duduk di pojok, diam, dan lebih suka memperhatikan daripada berbicara.

Di rumah, Daniel tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai penjual kue. Ayahnya sudah lama meninggal. Setiap hari, sepulang sekolah, Daniel membantu ibunya berjualan, lalu malamnya baru belajar. Tapi sayangnya, pelajaran di sekolah terasa begitu sulit baginya. Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Mandarin adalah mimpi buruk yang selalu menghantui Daniel.

Suatu hari, ketika ulangan matematika, Daniel mendapat nilai 45. Beberapa temannya menertawakannya. “Sudah Dan, ngapain sih belajar terus? Mending main game aja kayak kita,” ejek salah satu temannya. Malam itu, Daniel duduk termenung di meja belajarnya. Ia merasa sedih dan hampir menyerah. Tapi kata-kata ibunya selalu terngiang lebih kuat dalam benaknya: “Dan, apapun yang kamu lakukan, lakukanlah itu untuk Tuhan. Termasuk belajar. Kalau kamu belajar dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti senang.”

Daniel pun berlutut dan berdoa, “Tuhan, Engkau tahu aku tidak pintar. Tapi aku ingin belajar bukan untuk pamer atau bersaing. Aku tidak butuh menjadi siswa yang cerdas, cukuplah buatku mengerti dengan baik semua yang aku pelajari. Aku ingin belajar supaya Engkau dimuliakan lewat belajarku.

Sejak saat itu, Daniel mengubah caranya belajar. Ia tak lagi belajar hanya untuk nilai tinggi, tapi ia meniatkan setiap usahanya untuk Tuhan. Ia mulai mencatat pelajaran lebih rapi, bertanya pada guru dengan sopan, dan tak malu meminta bantuan teman-temannya jika tidak memahami pelajaran. Setiap kali merasa lelah, ia berdoa, “Semua ini untuk-Mu, Tuhan.” Perlahan-lahan, nilainya naik. Guru-gurunya mulai memperhatikan semangatnya. Bahkan teman-temannya yang dulu suka mengejek, jadi kagum melihat ketekunannya.

Saat pembagian rapor tiba, Daniel tak menyangka. Ia masuk lima besar di kelasnya. Gurunya pun memanggilnya ke depan untuk memberikan penghargaan atas semangat belajar dan perubahan sikapnya. Di depan teman-temannya, Daniel berkata dengan rendah hati, “Saya sadar saya bukan anak yang pintar. Tapi saya percaya, belajar dengan sungguh-sungguh adalah caraku memuliakan Tuhan. Semua ini bukan karena saya hebat, tapi karena Tuhan yang selalu menolong saya.” Semua yang mendengarnya terdiam. Mereka tersentuh oleh ketulusan Daniel.

Sejak hari itu, Daniel menjadi inspirasi di sekolahnya. Ia menunjukkan, bahwa belajar bukan sekadar untuk mendapatkan nilai, apalagi supaya mendapat pengakuan dari temannya, tapi belajar bisa menjadi wujud nyata memuliakan Tuhan.

Suster Bapak/Ibu, serta teman-teman yang dikasihi Tuhan.

Mari kita memuliakan Tuhan melalui seluruh keberadaan kita terutama dalam belajar dan pekerjaan kita masing-masing.

Sekarang marilah kita membuat niat konkrit untuk kita lakukan selama bulan Agustus dan September ini sebagai bentuk penghayatan terhadap nasehat Santa Angela. Buatlah sebuah niat dengan bantuan pertanyaan refleksi berikut :

Sebagai bentuk perwujudtan semangat totalitas;

hal apa yang akan saya jalankan dengan sungguh-sungguh selama bulan Agustus dan September ini.

© 2025 —

Santa Theresia Jakarta