Renungan Pastoral

Renungan Quotes Santa Angela

Mei – Juni

Regula Bab VII Artikel 7-9

“Hendaknya orang itu sendiri mau menghadap imam seperti menghadap Allah Hakim Abadi, dan di sana penuh penyesalan dengan kejujuran dan ketulusan hati nuraninya mengakui dosanya.”

Suster, Bapak/ Ibu, serta teman-teman yang dikasihi Tuhan, mari kita bersama-sama merenungkan bacaan Injil dan nasihat St. Angela ini agar berbuah dalam tugas, studi dan karya pelayanan kita.

Hari itu di Yerikho, kota ramai dengan aktivitas sehari-hari. Orang-orang berdesakan di jalanan untuk melihat Yesus yang melintasi kota. Di antara mereka ada Zakheus, seorang kepala pemungut cukai. Meski kaya, Zakheus sering dianggap rendah oleh masyarakat. Orang-orang memandangnya sebagai “orang berdosa” karena pekerjaannya sering terkait dengan penipuan dan pemerasan. Namun, saat itu ada sesuatu yang berbeda, Zakheus ingin melihat Yesus. Ia penasaran, siapa sosok ini yang katanya penuh kuasa dan kasih? Tapi ada kendala: tubuhnya pendek dan kerumunan orang menghalanginya. Bukannya menyerah, Zakheus memanjat pohon ara di pinggir jalan, sesuatu yang mungkin dianggap aneh atau memalukan bagi pria kaya seperti dirinya.

Ketika Yesus melihat Zakheus, Dia memanggilnya, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Perkataan Yesus mengejutkan banyak orang. Bagaimana mungkin Yesus, seorang guru suci, mau datang ke rumah seorang pendosa seperti Zakheus? Namun, bagi Zakheus, panggilan Yesus adalah titik balik hidupnya. Dengan penuh sukacita, ia menyambut Yesus di rumahnya. Di hadapan Tuhan, ia mengakui kesalahannya dan berjanji: “Tuhan, setengah dari hartaku akan kuberikan kepada orang miskin, dan jika ada sesuatu yang telah kuperas dari seseorang, akan kukembalikan empat kali lipat.” Yesus pun berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Kisah Zakheus mengajarkan kita bahwa tidak ada dosa atau kesalahan yang terlalu besar untuk diampuni oleh Tuhan. Regula Bab VII art. 7-9 menegaskan bahwa pertobatan harus datang dari hati yang jujur dan tulus, seperti Zakheus yang secara terbuka mengakui kesalahannya. Kita dipanggil untuk berani datang kepada Tuhan, menghadap-Nya seperti kepada Hakim Abadi, dengan hati yang bersih dan niat untuk berubah. Saat kita membuka hati dan menerima Yesus, Dia akan datang dan mengubah hidup kita. Kita bisa datang mengakui kesalahan dan dosa kita pada Tuhan lewat Sakramen Tobat dan juga bertindak nyata untuk memperbaiki kesalahan kepada sesama dengan berdamai.

Tuhan selalu menunggu kita, seperti Yesus yang menunggu Zakheus di bawah pohon ara. Mari kita sambut Dia dengan sukacita dan hati yang tulus. Yesus selalu berhenti untuk melihat kita, bahkan di tengah kerumunan kehidupan yang ramai. Ia memanggil nama kita dan ingin hadir dalam hidup kita, tidak peduli betapa buruknya pandangan orang lain tentang kita.

Kisah Zakheus mengingatkan kita juga akan misi Yesus: mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat tugas dan pelayanan kita, adakah seseorang yang membutuhkan kasih dan penerimaan kita? Kita dipanggil untuk menjadi saluran kasih Tuhan, sama seperti Yesus telah menerima kita tanpa syarat.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kehidupan saya sehari-hari?  Tindakan konkret apa yang bisa saya lakukan untuk mengampuni diri sendiri dan orang lain yang pernah melukai saya?

Tuhan memberkati.

© 2025 —

Santa Theresia Jakarta